MODEL PENINGKATAN LUASAN GENANGAN BANJIR DI DKI JAKARTA



Oleh: Ahmad Munir, 1306501210
1. Story
Banjir sebagai permasalahan ruang di Jakarta, belum diketahui kapan akan berahir. Namun, genangan banjir mengalami kenaikan dan penurunan dalam tiap musim kejadian banjir. Banjir dikurangi dengan program normalisasi dan relokasi. Model luasan genangan banjir diketahui dengan mengetahui laju pertambahan genangan dan laju penurunan genangan. Akan tetapi, genangan banjir tidak pernah sampai habis, karena ada wilayah di DKI Jakarta yang mengalami banjir rob. Pertanyaan bagaimana trend banjir di DKI Jakarta pada masa mendatang? 
Banjir di DKI Jakarta tahun 2002 menggenangi wilayah seluas 33.000 ha, dan pada tahun 2007 menjadi 40000 ha. Total luas DKI Jakarta 61600 ha. Dengan laju perubahan tutupan lahan 0,2% tiap tahun. Jika fraksi pertambahan luasan genangan adalah 0,01 ha dalam tiap 0.02 konversi lahan terbuka ke tertutup. Total kerugian akibat banjir tahun 2002 sekitar Rp. 1.800.000.000.000,-. Jumlah korban mencapai 380.000 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta 0,98%. Sementara solusi penanganan banjir, dengan normalisasi danau/sungai  memakan anggaran sekitar Rp 2.000.000.0000.000,- dengan rasio pengurangan luas genangan 2% tahun. Ditambah program relokasi warga bantaran kali dan danau/situ sekitar rasio relokasi sekitar Rp.50.000.000,-/orang. Dengan fraksi kemampuan merelokasi sebesar 5% dari total korban. Tujuannya adalah untuk memodelkan laju peningkatan banjir di DKI Jakarta sampai dengan tahun 2030. 
2. Stucture
a. Variabel-variabel
1. Luas genangan 2002: 33.000 ha.
2. Total luas DKI Jakarta 61600 ha.
3. Laju perubahan tutupan lahan 0,2% tiap tahun. 
4. Kerugian akibat banjir tahun 2002 sekitar Rp. 1.800.000.000.000,-. 
5. Pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta 0,98%.
6. Angaran normalisasi danau/sungai  sekitar Rp 2.000.000.0000.000,-
7. rasio pengurangan luas genangan 2%.
8. fraksi kemampuan merelokasi sebesar 5%.
9. rasio relokasi sekitar Rp.50.000.000,-/orang
10. fraksi kemampuan merelokasi sebesar 5% dari total korban.

b. Definisi Operasional Variabel
Definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Laju Peningkatan Genangan='Pertambahan Genangan'*('Diskrepansi Luas Banjir'/'Luas Genangan Banjir'*'Genangan Maksimal') dengan satuan ha/tahun.
2. Laju Pengurangan Genangan= 'Fraksi Tercapainya Normalisasi dan Relokasi'*'Luas Genangan Banjir'+'Kemampuan Relokasi Wilayah Bantaran'+'Pelaksanaan Normalisasi' dengan satuan ha.
3. Diskrepansi Luas Banjir='Genangan Maksimal'-'Luas Genangan Banjir' dengan satuan ha.
4. Genangan Maksimal='Rasio banjir'*'Luas Potensi Banjir' dengan satuan ha.
5. Pertambahan Genangan='Frakti Pertumbuhan Luas Genangan'*'Pertambahan Luas Bangunan'/'Luas Potensi Banjir' dengan satuan ha.
6. Pertambahan Luas Bangunan='Fraksi Luas Bangunan'*'Pertumbuhan Pnddk' dengan satuan ha.
7. Kemampuan Relokasi Wilayah Bantaran=Kemampuan Relokasi Wilayah Bantaran dengan satuan ha/tahun.
8. Pelaksanaan Normalisasi=STEP('Kemampuan Penurunan Normalisasi Sungai',STARTTIME+12<<tahun>>) dengan satuan ha/tahun.
9. Kemampuan Penurunan Normalisasi Sungai='Fraksi Penurunan Normalisasi'*'Luas Bantaran Sungai' dengan satuan ha/tahun.









c. CLD
 
Gambar 1. Causal Loop Diagram (CLD)
Pada CLD di atas, luas genangan banjir dapat meningkat atau berkurang, tergantung pada variabel laju peningkatan luasan banjir dan laju penurunan luasan banjir. Laju peningkatan luasan banjir dipengaruhi oleh luas banjir maksimum yaitu fraksi luas maksimum dikalikan dengan luas total wilayah DKI Jakarta. Sedangkan laju penurunan luasan genangan dipengaruhi oleh kemampuan pengurangan luasan banjir di DKI Jakarta. 
d. SFD
 
Gambar 2. Stock Flow Diagram
3. Behaviour
Pola perilaku loop model genangan banjir di DKI Jakarta adalah decay, banjir sebelum tahun 2008 terus mengalami kenaikan dengan goal seeking, namun setelah dilakukan intervensi dengan program normalisasi, maka genangan banjir semakin surut. Akan tetapi banjir terjadi dalam skala tahunan. 
Gambar 3. Grafik Luasan Genangan
Gambar 3 menunjukkan trend banjir pada mulanya meningkat namun setelah diintervensi mengalami penurunan luasan. Namun penurunan tidak mencapai batas bawah, akan tetapi ada trend naik kembali, seiring dengan penurunan kemampuan normalisasi.  
4. Validasi
Berdasarkan hasil simulasi model, maka diperoleh trend penurunan luasan banjir sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Simulasi Model Luas Genangan Banjir Tahun 2000-2030 di DKI Jakarta
 
Sedangkan berdasarkan data aktualnya, genangan banjir di DKI Jakarta mengalami peningkatan, sejak tahun 1996-2013.

Tabel 2. Luas Genangan Banjir Tahun 1996-2013 di DKI Jakarta
No Variabel Banjir 1996 Banjir 2002 Banjir 2007 Banjir 2013
1 Luas genangan (km2) Tidak diketahui 330 400 > 400 (tentatif)
2 Jumlah genangan (lokasi) 90 160 79 109

Berdasarkan simulasi model dan data actual diperoleh kesesuaian antara luasan yang terjadi dengan pola luasan yang akan terjadi. Terjadi kenaikan genangan banjir dan pada masa mendatang diprediksi banjir akan mengalami penurunan.
5. Penutup
Model perilaku genangan banjir di DKI Jakarta akan mengalami penurunan. Jika faktor curah hujan diabaikan. Hasil pemodelan luas genangan banjir di Jakarta pada masa mendatang masih terus terjadi dan mengalami penurunan luasan genangan. 

Tambahan Catatan:
Penanggulangan banjir dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan teknik dan pendekatan kedua adalah pendekatan ekologis. Pendekatan teknik menggunakan kemampuan teknologi untuk mengatasi wilayah dengan ancaman banjir yang tinggi. Jangka waktu pendekatan teknik lebih pendek. Sedangkan pendekatan kedua pendekatan ekologis. Pendekatan ekologis berusaha menyelesaikan masalah banjir dari sudut sistem. Sistem banjir merupakan sistem hidrologi yang dapat diamati dari hulu sungai, tengah sungai dan hilir sungai. Instrumens yang membantu menyelesaikan masalah banjir dengan pendekatan ekologi, antara lain: topografi, klomatologi dan meteorologi, dan konservasi dan sebagainya.

Posting Komentar

0 Komentar