Q & A Seputar Air di Jakarta


Wawancara Koran Sindo 19 Maret 2015
Narasumber: Ahmad Munir

Siang pak. 22 maret merupakan hari air. kami ingin mengangkat tema tersebut. Ada beberapa pertanyaan yg saya tanyakan. saya berharap jawabannya sudah dikirim sebelum tgl 19 maret (kamis). Ditunggu yaa pak dan terimakasih atas bantuannya. 

1. Pemerintah melalui RPJMN 2015 – 2019 akan fokus pada ketahanan pangan, energi dan air. Ketahanan air yang didukung keterpaduan konservasi sumber daya air merupakan kunci pembangunan berkelanjutan. Bagaimana target kualitas air di Indonesia lima tahun mendatang?
Jawab: 
Master Development Goal (MDG), RPJMN dan dokumen rencana pembangunan lainnya konsen pada ketahanan air. Ketahanan air bermakna bahwa ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan warga dapat tercapai (surplus), serta layak konsumsi (memenuhi standar kualitas) baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perlu rencana yang matang untuk memetakan pemenuhan kebutuhan akan sumber daya air pada masa mendatang.
Ketahanan air yang terpadu dengan konservasi sumber daya air adalah kunci pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Prinsipnya adalah pemakaian sumber daya yang efisien, berkeadilan dan tidak merusak sumber daya alam. Untuk mencapai keberlanjutan, Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan seperti: 1) Eksploitasi air tanah di kota-kota besar yang tidak terkendali yang berdampak pada penurunan muka tanah (land subsiden), 2) Eksploitasi sumber mata air pegunungan oleh perusahaan air mineral yang cenderung berlebihan, 3) Kondisi sungai yang kritis di berbagai daerah aliran sungai di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa akibat konversi penggunaan tanah dari tutupan hijau ke bangunan dan akibat limbah rumah tangga dan industri serta sampah yang cukup tinggi. 
Target kualitas air yang dimaksud yaitu kualitas air baku, untuk konsumsi rumah tangga. Target kualitas air 5 tahun mendatang adalah kondisi kualitas air layak konsumsi dapat dipenuhi hingga 80%. Jumlah pencemaran air sungai juga seharunya berkurang jika pemerintah melakukan upaya serius pengawasan sumber daya air. 

2. Bagaimana kondisi kualitas air secara umum di Indonesia?
Jawab: 
Kualitas air di beberapa pulau di Indonesia sedikit berbeda satu sama lain. Di wilayah dengan sebaran Gunung Api aktif lebih banyak seperti di Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi, memiliki sumber air yang lebih bersih, baik dalam bentuk mata air atau danau. Sedangkan di wilayah luar Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara. 
Di kota-kota besar dan pulau-pulau kecil sebagian air tanahnya sudah mengalami intrusi air laut sehingga sangat payau. Kualitas air di lahan gambut dan area pertambangan, sedikit menghadapi masalah. Air terlampau asam dengan PH < 7 mudah ditemukan dilahan gambut. Kualitas air di Indonesia berbeda satu dengan lainnya.
3. Bagaimana target kuantitas air di Indonesia lima tahun mendatang?
Jawab:  
Lima tahun ke depan, kita harus mencapai target MGD, RPJMN dan target pembangunan lainnya. Konsekuensinya, secara kuantitas air baku harus terpenuhi, baik untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) ataupun non-domestik. Caranya dengan mengoptimalkan curah hujan yang tersedia untuk ditampung di waduk atau tempat konservasi air lainnya. Rata-rata curah hujan dapat dijadikan dasar, Indonesia mampu memenuhi sumber daya airnya dengan syarat curah hujan yang tersedia dikelola secara optimal.
Total kebutuhan air di Indonesia tahun 2004 berkisar 27 juta m3/ tahun, dan untuk tahun 2014 berkisar 101 juta m3/ tahun. Dengan asumsi yang sama untuk tahun 2015-2019, maka diperlukan bangunan-bangunan penampung air lainnya, terutama untuk keperluan irigasi pertanian. Semakin besar air yang mampu ditampung pada waduk atau irigasi lainnya, semakin besar area pertanian yang dapat dipenuhi. Maka Indonesia masih memerlukan waduk dalam jumlah yang lebih besar untuk meningkatkan ketersediaan airnya.
Sedangkan untuk kebutuhan domestik untuk air bersih (baik air konsumsi ataupun air rumah tangga), Negara baru mampu menyediakan sekitar 9% melalui perusahaan air minumnya. Sisanya masih harus dipenuhi oleh masyarakat sendiri atau swasta. Kondisi ini cenderung stagnan, dari tahun ke tahun. Tidak ada pertumbuhan yang signifikan. Maka pemerintah masih punya PR besar kaitanya dengan pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih. 
Sementara untuk air konsumsi, ada trend di masyarakat yang sangat berbeda dibanding era 1990-an. Saat ini konsumsi air minum dari air minum olahan meningkat drastis. Kebutuhan air minum hasil olahan yang meningkat berpotensi meningkatkan laju pemanfaatan air bersih, baik dari mata air ataupun air tanah dalam jumlah besar. Pemerintah harus berupaya mengatur regulasinya secara tegas, agar keberlanjutan air dapat dijamin. 

4. Apa saja kendala menuju target-target ketahanan tadi?
Jawab: 
Kendalanya untuk mencapai target dari sisi kuantitas air dipengaruhi kondisi meteorologis dan hidrologis. Kondisi cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap keberadaan sumber daya air. Ancaman yang paling nyata adalah kekeringan dan krisis air bersih di berbagai daerah di Indonesia. Musim kemarau menjadi ancaman serius jika air tidak dikelola secara optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan.
Secara meteorologi dan klimatologi, kendala ketahan air bergantung pada besaran curah hujan (CH) pada masing-masing wilayah. setelah air hujan (meteorologis) ada kendala di sisi hidrologis. Di Indonesia, kondisi rezim curah hujannya berbeda antara wilayah Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Makin ke timur trend CH makin kecil, sehingga wilayah timur perlu diantisipasi lebih dini, kaitanya dengan ketersediaan sumber daya air.
Secara teknis, penyediaan kebutuhan air oleh pemerintah, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, baik melalui penyediaan air baku untuk konsumsi rumah tangga, irigasi dan bendungan untuk pertanian. Anggaran yang disediakan oleh Negara sekitar 30 Trilliun. Kemampuan anggaran ini masih cukup sedikit dibanding target yang harus dipenuhi.  Sehingga, peran swasta dan himpunan atau asosiasi pengelola air dapat terlibat, mengisi kekosongan tersebut tanpa upaya memprivatisasi air. Swasta dan asosiasi perlu terlibat aktif menyediakan layanan air bersih.

5. Apa saja hambatan lain?
Jawab:
Hambatan utamanya karena infrastruktur penampung dan pendistribusian air belum mampu diakses oleh mayoritas warga. Secara hidrologis sebenarnya keberadaan sumber daya air di Indonesia tercukupi, namun secara aktual masih banyak warga Negara yang belum mendapatkan akses air bersih. Dengan demikian, perlu infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan air, baik melalui sistem perpipaan, maupun sistem pemompaan air dari bawah permukaan.  

6. Apakah  lebih dari 66% air hujan yang selama ini terbuang dan membawa bencana banjir mampu dikelola menjadi air simpanan? Supaya tidak banjir dan pada musim kering dapat dialirkan untuk membantu petani.
Jawab:
Ya, sekitar setengah lebih dari DAS yang ada, kondisinya lebih banyak air melimpas ke sungai dan menyebabkan banjir pada musim kemarau. Kondisi ini tidak lain adalah dampak dari kerusakan air pada sistem DAS. 
Dampak dari pengelolaan DAS yang kurang optimal dapat menyebabkan kerusakan di DAS tersebut. Kerusakan di DAS secara umum berdampak pada menurunnya kualitas sungai dan air yang mengalir di dalamnya, padahal air sungai menjadi satu-satunya sumber air baku dan irigasi yang dapat diandalkan. Namun saat ini, secara umum kondisinya, air hujan yang turun di DAS, tidak terperangkap optimal masuk ke dalam tanah (infiltrasi), hasilnya air hujan yang jatuh lebih banyak melimpas (run-off) ke sungai. Jika daya tampung sungai masih mampu menampung maka air akan mengalir ke laut, namun jika tidak mampu air sungai akan meluap dan menimbulkan banjir. Kondisi ini banyak terjadi di sungai-sungai yang bermuara ke pantai utara Jawa. Sehingga pada musim hujan, ketika debit air sungai tinggi, rata-rata air meluap dan menggenangi wilayah pemukiman.
Maka air perlu dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran warga Negara. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Maka sumber daya air harus dijaga, dipelihara, dimanfaatkan seoptimal mungkin. Upaya paling penting adalah menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS), dari hulu tempat hujan jatuh, tengah dan hilir tempat air sungai bermuara, agar air dapat dimanfaatkan optimal. Dan tidak merusak daerah aliran sungai. 
Seharusnya, air hujan yang jatuh di DAS, dioptimalkan penyerapannya (infiltrasi) ke dalam tanah, di daerah hulu tentu dengan upaya menjaga kawasan lindung seperti Hutan Lindung, Cagar alam, Taman Nasional dan Kawasan Lindung Lainnya, kemudian di daerah tengah, dilakukan konservasi sumber daya air dalam bentuk waduk, danau, situ, irigasi atau bentuk lainnya untuk mengoptimalkan pemanfaatan airnya, baik untuk rumah tangga atau pertanian, juga dengan upaya penghijauan dan bertani dengan pola pertanian yang ramah lingkungan, serta di daerah hilir yang umumnya wilayah perkotaan atau pemukiman dilakukan penghijauan. Bangunan bendungan/ waduk saat ini jumlahnya masih cukup sedikit. Sehingga air hujan dari hulu ke hilir berlangsung lebih cepat. Optimalisasi pemanfaatanya menjadi berkurang. Akibatnya air banyak memicu terjadinya banjir.
7. Berapa lama Indonesia bisa mencapai ketahanan air yang ideal?
Jawab:
Di lihar dari intensitas dan besaran curah-hujan yang ada, seharunya sebagian besar wilayah di Indonesia mampu mencapai ketahanan air, dengan syarat air yang ada dikelola secara optimal. Pengelolaan air memang bukan perkara mudah, karena investasi penyediaan air bersih dalam skala besar memerlukan dana yang besar pula. Namun modal dasarnya Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi dengan intensitas hujan bisa terjadi sepanjang tahun. Namun, beberapa wilayah di Indonesia masih mengalami ketahanan air dari sisi kuantitas diantaranya wilayah NTT, NTB dan pulau-pulau di sekitarnya.  
Ketahanan air di Indonesia pada masa mendatang sangat bergantung pada kemampuan sistem daerah aliran sungai. Beberapa yang berpotensi mengancam ketahanan air diantaranya terganggunya siklus air pada sistem DAS secara kuantitas, dan menurunnya kualitas air di DAS secara kualitas. Beberapa DAS yang rusak telah menyebabkan pendangkalan (sedimentasi) yang besar di waduk-waduk penampungnya, seperti Waduk Wonogiri dan Mrica di Jawa Tengah. Perlu ada perhatian serius dalam upaya menanggulangi pendangkalan waduk penampuang air, agar air untuk berbagai kebutuhan dapat terjamin.
Idealnya layanan air bersih bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mencapai 75%, sisanya tinggal dipenuhi dengan sumber-sumber lain. Faktanya, PDAM baru mampu melayani 30%. Oleh karena itu, lama tidak disinggung.

8. Bagaimana pengelolaan sumber daya air ini agar tidak terus berkurang?
Jawab:
Kuncinya dalam pengelolaan air air adalah mengoptimalkan curah hujan yang ada dalam suatu sistem DAS. Kebutuhan yang tinggi akan air, baik untuk air baku rumah tangga maupun irigasi pertanian, perlu dicarikan jalan keluar dengan mengelola air dengan benar. Tentu, prinsip pengelolaan sumber daya air harus berprinsip keseimbangan ekologis. Bahwa sumber daya air ini juga memiliki keterbatasan tidak untuk dieksploitasi secara berlebihan. 
Keterpaduan pengelolaan air dengan sistem daerah aliran sungai adalah kuncinya. Pengelolaan air tidak bisa lepas dari pengelolaan DAS. Konsistensi dalam memelihara DAS agar tetap normal menjadi kunci penting. DAS yang sehat dicirikan dengan peran dan fungsi DAS yang optimal. Seperti terpeliharanya kawasan lindung untuk memastikan air dapat terperangkan dihulu, selanjuntnya dapat dimanfaatkan secara optimal di tengah dan di hilir.
Di wilayah perkotaan, pasokan air baku untuk perusahaan air minum kebanyakan di datangkan dari daerah lain. Misal di Jakarta, air baku di DKI Jakarta didatangkan dari daerah purwakarta dan sekitarnya, Perlu ada keseimbangan serta insentif yang tepat pada jasa lingkungan penyedia air. Sejauh ini mekanisme yang telah diatur belum berjalan optimal. Air masih seperti barang gratis, kecil upaya serius untuk melestarikan.
9. Apa saja upaya terobosan untuk memperbaharui/menambah volume air layak konsumsi?
Jawab: 
Pemerintah baru mampu melayani 9% dari total kebutuhan air warga. Padahal target Master Goal Development (MGD) tahun 2015 sebesar 65%. Ketidakmampuan pemerintah menyediakan dijawab oleh swasta atau swadaya masyarakat. Menambah volume air layak konsumsi tentu dengan mengoptimalkan sumber air yang tersedia sekaligus melakukan pendistribusian secara tepat pada wilayah yang kekurangan air. 
Upaya memperbaharui air agar layak konsumsi adalah dengan menghindarkan air dari bahaya polutan air yang berlebihan, apalagi polutan berbahaya misalnya limbah B3. Mengingat kerusakan air dalam skala DAS intensif terjadi di Indonesia, perlu identifikasi dini faktor penyebab kerusakan yang terjadi di beberapa DAS di Indonesia. Sehingga dapat dipecahkan masalah pokok sebagai pemicu hujan di Indonesia.
Penambahan ketersediaan air layak konsumsi adalah dengan membuka akses layanan dan distribusi air bersih hingga ke pelosok tanah air. PDAM sebagai badan usaha daerah harus melakukan reformasi dalam penyediaan air bersih. Alternatif lain air bersih dikelola secara swadaya, dengan mengoptimalkan sumber air baku yang tersedia, selanjutnya didistribusikan ke warga. Atau jalan ketiga, mengelola air baku yang ada, dengan teknologi agar air baku dapat diolah hingga menjadi layak konsumsi. Banyak upaya yang dapat dilakukan, hanya diperlukan kerja keras untuk mencapai target terpenuhinya layanan air bersih hingga 65% pada tahun 2019.
10. Bagaimana idealnya CSR berbagai perusahaan BUMN, swasta tentang penanganan air ini?
Jawab:
Sudah menjadi tanggung jawab korporasi atau perusahaan untuk ikut membangun wilayah sekitarnya. Salah satu masalah yang dihadapi warga adalah keterbatasan untuk mendapatkan akses air bersih. Sehingga CSR mempunyai tugas mulia, ikut menyediakan bagi warga yang belum mampu memenuhi air bersih. Banyak program yang bisa dimitrakan, baik dalam konteks pengelolaan lingkungan maupun penyediaan layanan air bersih.
Konsentrasi CSR sebaiknya berfokus pada zonasi (wilayah) yang mengalami  kekeringan secara hidrologis seperti: wilayah pegunungan kapur (Gunung Kidul, Purwodadi, Rembang, Blora). Atau kering secara klimatis, seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat serta di Daerah Sekitarnya. Atau di zonasi yang mengalami masalah kekurangan air akibat sistem distribusi yang tidak mencapai lokasi. Jika sudah mampu memenuhi kebutuhan warga, CSR harus ambil bagian untuk ikut melestarikan zona tangkapan air atau kawasan lindung dengan melakukan penghijauan agar keberlanjutan air makin terjamin.
Pada zonasi yang lebih kecil, CSR bisa menyediakan layanan air bersih di lokasi sekitar tempat usaha misalnya di area pertambangan, perkebunan, industri dan jenis usaha lainnya. Perusahaan perlu ikut mengkampanyekan hemat air dan peduli air. Dengan demikian, keberlanjutan CSR dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang mengalami masalah kekurangan air. 
11. Pengelolaan Limbah idealnya seperti apa?
Jawab:
Limbah harus dikelola sesuai standar baku mutunya. Kita harus memberi sanksi tegas pada pelaku usaha atau industri yang tidak mengelola limbahnya tidak sesuai standar. Kesadaran membangun Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) perlu didorong agar baku mutu limbah air telah memenuhi standar. Tanpa pemenuhan standar ini, kualitas air di wilayah sungai akan semaki buruk. 
Limbah harus memenuhi standar baku, yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup (sekarang Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan) bahwa baku mutu limbah harus berstandar baku. Intinya, limbah domestik (rumah tangga) dan limbah industri harus sama-sama dikelola agar dapat kembali ke dalam sistem air dalam kondisi baik.  Sudah ada standar yang baik tinggal diawasi secara tegas. Tugas pengawasan menjadi kunci. Berikutnya baru dikampanyekan pentingnya menjaga kualitas air. 
12. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat agar lebih sadar dalam memelihara kualitas air?
Jawab: 
Tidak semua warga memahami, air berada dalam siklus yang dapat terganggu. Air bukan barang publik yang tidak bernilai. Tanpa air, masalah kesehatan dan masalah lingkungan akan bermunculan. Namun tidak semua menyadari pentingnya ikut peduli terhadap kondisi air. Indikator sederhana, untuk mengukur kesadaran warga terhadap air, dapat dilihat di sungai-sungai. Kondisi sungai menjadi cerminan kepedulian warga terhadap air. 
Jika masih kita temukan sampah di sungai, maka dapat kita gambarkan bahwa kesadaran dan kepedulian masyarakat  tergolong rendah. Banyaknya sampah yang mengalir di Sungai harus menjadi keprihatinan bersama. Masyarakat kita yang kurang sadar akan keberadaan sungai, yang jelas sungai bukan tempat pembungan sampah.  Pentingnya air dan sungai sama dengan pentingnya kita menjaga sumber kehidupan kita. Ketika pemahaman tentang air dan sungai salah, maka tindakan kita terhadap sungai juga salah. Masyarakat harus bersama-sama memberikan pemahaman, agar warga lebih peduli pada sungai. Oleh karena itu, kampanye sadar menjaga air dan hemat air penting disampaikan. untuk memelihara kualitas air dengan media pendidikan lingkungan. 

13. Apa yang harus kita lakukan secara individu/komunitas agar sumber air bersih dapat terus terpelihara?
Jawab:
Air sebagai public domain memang keberadaannya dilematis. Ada kehawatiran air diprivatisasi. Kebijakan Negara utamanya berkaitan dengan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup harus bekerja keras.  Komunitas dan individu yang peduli lingkungan harus digalakkan. Hutan harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan siklus air. 
Gerakan-gerakan peduli lingkungan dan kajian tentang sumber daya air perlu intensif dilakukan. Banyak kegiatan positif yang dapat dikerjakan tiap orang untuk memperbaiki kondisi sumber daya air. Kampanya komunitas sadar lingkungan harus dikerjakan semua elemen, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. 

14. Apakah ada kaitannya antara SDM dengan kualitas air yang baik, jelaskan?
Jawab:
Tidak ada kaitan langsung, antara kualitas dengan kemampuan SDM. Namun SDM yang handal, akan mampu mengolah air tidak layak konsumsi menjadi layak konsumsi. Pertama, kualitas air yang baik dapat dipenuhi dengan mengaplikasikan teknologi pengelolaan air, untuk menghasilkan air bersih. Sehingga air baku yang tidak layak konsumsi dapat diolah menjadi air baku layak konsumsi. Namun kemampuan mengolah air dalam skala besar menggunakan teknologi tidak cukup efektif, karena membutuhkan energy dalam jumlah besar, tentu tidak efektif dalam mengatasi solusi kekurangan air. Kedua, SDM yang handal juga diperlukan menentukan yang baik akan memiliki kecenderungan peduli terhadap lingkungan, utamanya dalam hal pengelolaan sampah. Sampah dan polutan lainnya sangat.
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat mengolah sumber air, dari air tidak berkualitas menjadi berkualitas, dari tidak tersedia menjadi tersedia, dari tidak cukup menjadi tercukupi, dari sedikit menjadi berlimpah, sesuai dengan kebutuhan.  
Masalah air di Indonesia, baik menyangkut kuantitas maupun kualitas, mutlak memerlukan SDM yang inovatif. Kerusakan banyak daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia adalah akibat sumber daya manusia yang kurang memahami fungsi dan peran DAS dengan sungai-sungainya. Secara umum, perlu SDM yang memahami kondisi lingkungannya agar tercipta kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas air. 
Kita tidak membayangkan, jika harga air sampai ditangan konsumen dapat menjadi lebih mahal dibanding bensin. Air mineral bermerek bisa mencapai Rp. 3000,- sedangkan bensin 1 liter seharga Rp. 6800,-. Bahkan di Jakarta ada yang sampai berani membayar air seharga Rp. 130.000 /m3. Kondisi abnormal ini akan makin sering terjadi jika air tidak dikelola secara baik.

Posting Komentar

0 Komentar